Senin, 24 Januari 2011

Antara Tiga Urusan

oleh : Prie GS
Tak semua persoalan anak adalah persoalan orang tua. Tak semua persoalan anak dan orang tua adalah persoalan keluaraga. Karenanya di dalam keluarga, antara persoalan anak, persoalan orang tua dan persoalan yang benar-benar persoalan keluarga harus mendapat tempat yang sewajarnya. Campur aduk urusan ketiganya akan menimbulkan keruwetan dan pertengkaran. Tetapi tidak mudah membedakan urusan ketiganya karena urusan yang satu, seolah-olah adalah urursan lainnya.

Tak mudah membawa anak-anak saya untuk sekadar menengok kebun kecil kami dan mengamati tumbuh-tumbuhan yang saya tanam. Ada saja alasan mereka untuk mengelak dan jikapun mereka mau selalu ada unsur terpaksa. Kegiatan yang saya bayangkan akan menjadi lebih menyenangkan jika dinikmati bersama keluarga itu malah sering berubah menjadi kegiatan penuh keterpaksaan. Sampai berbusa-busa saya mengagumi tanaman yang tumbuh sempurna itu, yang kuncup-kuncup daunnya menggetarkan hati, yang jika besar nanti akan berjasa mengatasi pemanasan global dan semacamnya. Tetapi yang tergetar itu ternyata cuma hati saya. Hati anak-anak saya itu dingin belaka. Belum rampung saya mempromosikan tanaman ini, mereka malah sudah membuang muka dan minta pulang segera.

Begitu juga ketika keluarga kami mulai mencicil membangun rumah baru. Kesenangan saya adalah setiap kali menengok proses pembangunan rumah ini dengan sebanyak mungkin melibatkan mereka. Hasilnya jauh dari gembira. Apapun yang saya gairahkan tentang rumah ini ternyata bukan gairah mereka. Jika ada ketertarikan mereka, itupun sedikit saja, yakni yang menyangkut soal-soal mereka saja, misalnya seperti bagaimana nanti punya tiang basket, boleh mengecat kamar sendiri dengan grafiti dan semacamnya, soal-soal yang saya sama sekali tidak tertarik apalagi menyetujui.

Saya merasa, rumah baru itu nanti, lebih banyak mengasyikkan saya sendiri tetapi tidak mengasyikkan mereka dan ini membuat saya kecewa. Tetapi apakah cuma saya yang sering kecewa? Tidak. Anak-anak saya juga sering kecewa karena keterlibatan saya yang rendah pada kegiatan mereka. Putri saya amat gemar menonton film-film Disney dan kegembiraannya akan menjadi sempurna kalau saya ikut menonton bersamanya. Ia akan berteriak-teriak sedemikian rupa memanggil saya jika ada adagen yang menakjubkan hatinya. Ia ingin agar ketakjuban itu dinikmati bersama dan berkali-kali ia melengos sakit hati karena berkali-kali saya gagal memenuhi. Kalaupun saya ikut menonton, pasti sekadar karena saya ingin menyenangkan hatinya, bukan karena saya menyenangi film itu. Seluruh keterpaksaan saya ini ia tangkap dengan baik dan ia menjaga agar saya tetap di sebelahnya. Kalau saya kedapatan akan terpejam karena bosan ia malah akan membuka paksa mata saya.

Begitulah, makin beragam anggota keluarga Anda, makin beragam pula cabang dan ranting urusannya. Itu baru urusan saya dengan putri saya, belum dengan istri dan anak lelaki yang ada dan perangainya berbeda-beda. Intinya, ada ruang-ruang yang amat pribadi antara saya dan mereka dan ada ruang bersama yang kabur garisnya tetap harus jelas di mata kita, agar jelas pula kapan kita masuk kapan kita keluar dan kapan kita bersama-sama. Ada ruang pribadi yang mereka butuh sendiri dan kedatangan kita cuma gangguan belaka. Ada ruang pribadi yang mereka butuh ditemani, padahal itu bukan selera kita. Sementara ada urusan bersama yang kita harus ikhlas bersama-sama walau sebenarnya kita tak menyukainya. Begitulah keluarga, di dalamnya ada kesendirian, ada kebersamaan yang harus terjaga takarannya.
sumber : suaramerdeka.com

Minggu, 23 Januari 2011

Jatuh Bangun Bona 'Andai Aku Jadi Gayus'


VIVAnews - Nama Bona Paputungan mendadak melejit setelah video klipnya "Andai Aku Jadi Gayus" diunggah ke Youtube. Lelaki asal Gorontalo itu tampil dengan gaya mirip Gayus Tambunan, terdakwa mafia pajak bernilai puluhan milyar rupiah. Gayus membuat heboh negeri, saat dia melenggang bebas berkeliaran selama berstatus tahanan.

Di video klipnya, Bona tampil lengkap dengan wig dan kacamata ala Gayus, saat terdakwa itu plesir ke luar sel tahanan. Penampilan Bona itu membuat banyak orang penasaran.

Sebagai bekas narapidana, Bona tahu persis bagaimana kehidupan di dalam bui. Bagi dia yang kantungnya cekak, adalah mustahil bisa mengikuti gaya hidup Gayus di penjara. Gayus bisa pulang ke rumah. Bahkan plesir ke Bali, Kuala Lumpur, Singapura hingga Macau. Bagi Bona, semua itu hanya mimpi. Maka dia hanya bisa berandai-andai. Cermati saja lirik lagunya yang kini akrab di telinga.

Andai Ku Gayus Tambunan
Yang bisa pergi ke Bali
Semua keinginannya
Pasti bisa terpenuhi

Lucunya di negeri ini
Hukuman bisa dibeli
Kita orang yang lemah
Pasrah akan keadaan

Karena lagunya ini, stasiun televisi berlomba-lomba mengundangnya tampil di berbagai acara. Belum lagi radio dan media lain harus antre wawancara. Dalam sehari Bona bisa diundang dua sampai tiga stasiun televisi. Disela-sela 'show' itu ia masih harus melayani permintaan wawancara khusus. Bona mengaku lelah, tapi dia senang.

Tapi tak semua orang suka melihat dia bahagia. Begitu lagunya ngetop, dia sempat mendapat "teror". Lelaki yang lahir 16 Maret 1978 itu menuturkan soal ancaman itu, termasuk perjalanan hidupnya, kepada VIVAnews di Senayan City, Jakarta, Rabu 19 Januari 2011. Berikut petikannya:

Bisa ceritakan perjalanan hidup Anda?
Sekitar 1993, saya pindah ke Jakarta dari Gorontalo dan sekolah di pesantren. Saat itu orangtua bercerai dan saya ikut Ibu. Meski sekolah di pesantren, saya lebih tertarik ke dunia seni musik. Bahkan saya terjerumus ke hal-hal negatif.

Tahun 1996, Bapak saya meninggal. Hidup saya makin terpuruk. Akhirnya, saya pulang ke Kota Mobagu, Sulawesi Utara. Saya lalu pindah ke Gorontalo. Karena hidup saya sudah nggak tentu arah, Ibu menikahkan saya pada 1997. Tapi, saya masih sering mabuk-mabukan, dan pakai barang haram. Istri saya nggak tahan, tak sampai setahun dia meninggalkan saya. Saya punya satu putri dari pernikahan itu.

Tahun 2002, saya dinikahkan lagi, tapi tak ada perubahan juga. Kami bercerai. Saya makin terpuruk, tapi saya masih dipercaya teman-teman mengurus organisasi, jadi MC, dan menyanyi.

Tahun 2007, kehidupan saya mulai membaik. Tapi saya mendapat cobaan lagi, ketika mulai nyanyi di kafe-kafe, saya kembali ke kebiasaan lama saya. Saya ingat malam tahun baru 2010, saya mabuk di sebuah diskotik di Gorontalo. Saat itu saya memukul istri. Keluarganya tidak terima dengan perlakuan saya, lalu mereka melaporkan ke aparat kepolisian.

Akhirnya saya masuk penjara tanggal 3 Januari 2010. Setelah dipotong masa tahanan, remisi, dan cuti bersyarat, pada 7 Oktober 2010 kemarin saya dibebaskan. Kalau saya jalani murni, sebetulnya tanggal 5 Januari 2011 baru dibebaskan.

Bagaimana menjalani hidup selama masa hukuman?
Sangat berat. Badanku kurus karena beban pikiran. Persoalan makan juga ada, karena seenak-enaknya makanan, yang namanya di penjara kan susah ditelan. Banyak beban yang saya pikirkan. Misalnya, setelah saya bebas saya mau jadi apa, saya ini kan sampah masyarakat, keluarga makan apa? Kasihan Ibu, bapak saya sudah meninggal. Saya berdoa terus dibarengi ibadah.

Begitu ke luar penjara, apa yang dilakukan?
Ketika saya keluar dari penjara itu hidup saya susah, mengemis kiri-kanan, hidup ditertawakan orang. Saya lalu cari duit buat bikin lagu. Namanya juga baru keluar dari penjara, jadi nggak megang duit. Pernah karena tidak punya duit, saya sampai harus dorong-dorong motor yang kehabisan bensin. Saya hanya bisa berdoa, Insya Allah saya tetap sehat.

Tentang lagu Gayus?
Sebenarnya, saya sudah menciptakan 10 lagu di dalam penjara. Sesuai dengan kehidupan narapidana, judulnya ada 'Cobaan Hidup', 'Maafkan Istriku', 'Demi Kehidupan', 'Markus' dan masih banyak lagi. Syair Gayus itu sudah saya buat di dalam penjara dengan judul 'Kisah Hidupku'.

Nah, setelah saya bebas saya melihat kasusnya Gayus lagi ramai. Bukan karena aji mumpung, tapi karena pemberitaan tentang Gayus yang bisa ke Bali, bisa plesir ke luar negeri, saya jadi berandai-andai jadi Gayus. Nah disitulah syair bagian reff-nya saya ganti. Tapi tidak ada tujuan atau target apa-apa.

Syutingnya saat di penjara?
Yang di dalam penjara itu untuk 10 lagu saya. Kalau lagu 'Andai Aku Jadi Gayus Tambunan' itu tidak masuk di 10 lagu ini. Lalu itu saya kirim ke HP teman-teman lewat 3G. Lalu saya unggah di Youtube untuk di Gorontalo aja. Lalu sehari kemudian, saya kaget kok begini jadinya? Orang-orang dari stasiun televisi menghubungi saya. Diminta untuk datang ke Jakarta.

Proses pembuatan video klipnya bagaimana?
Jadi saya dibantu teman-teman pelawak karena saya juga tidak punya duit saya bilang, saya bilang tolonglah Bang, saya mau bikin klip tapi nggak punya duit, saya baru keluar dari penjara nih. Lalu mereka mengiyakan. Ya udah kita buatkan konsep, bilang ke Kalapas. Garapnya malam hari dan saya dapat pengawalan Kalapas.

Prosesnya memakan waktu 2 hari. Agak lama karena sebelumnya saya juga butuh waktu 3 hari hanya untuk mencari wig yang mirip punya Gayus. Saya sudah putar-putar ke setiap salon dan menanyakan ada nggak wig mirip punya Gayus? Dan akhirnya dapat.

Kapan video klip itu dibuat?
Buatnya tanggal 9 Januari 2011. Kemudian tanggal 11 kita lepas klipnya.

Apa yang mendasari Bona mengunggah video di YouTube?
Nggak ada. Nggak ada target apa-apa.

Sudah pernah unggah video di YouTube?
Nggak pernah.

Kaget nggak waktu tahu hasilnya?
Sampai dengan detik ini Lillahita'ala ya, Alhamdulillah teman-teman sekarang bilang, eh kau itu sudah mendunia sekarang. Saya hanya jawab, ah yang benar? Karena saya tidak pernah mengkhayal sejauh itu.

Bagaimana respon dari orang-orang terdekat?
Keluarga sudah merespon dan teman-teman juga mengarahkan untuk tetap ada generasi penerus Iwan Fals, jadi mereka berharap agar saya tidak menyanyikan lagu cinta (Bona tertawa). Nggak mungkin, saya kan suka lagu cinta.

Komentar istri bagaimana?
Istri Alhamdulillah sehat dan baik-baik saja. Kami komunikasi terus. Anak saya ada tiga orang dari tiga istri, jadi satu istri satu anak.

Setelah lagu ini 'booming' ada rencana apalagi?
Saya akan bikin lagu lagi dan memang saya sedang sharing ke teman-teman. Saya arahnya mau kemana, karena saya suka lagu cinta tapi mereka bilang jangan bikin lagu cinta.

Merasa berubah nggak setelah terkenal?
Alhamdulillah saya tetap seorang mantan narapidana.

Kabarnya Anda sempat mendapat teror karena lagu Gayus?
Kalau tentang teror, kemarin itu memang ada tapi semua saya kembalikan ke Allah karena itu adalah cobaan.

Terornya seperti apa?
Si peneror nanya lagu ciptaan saya, nama lengkap saya, dan dia bilang 'keluarga kamu dan kamu akan saya comot, akibat kamu sudah membuat lagu yang menghebohkan nusantara'.

Diteror lewat apa?
Via telpon pas saya lagi diwawancara sama dua stasiun televisi. Karena telepon berdering terus, ya sudah saya angkat. Jadi sempat terekam. Suara penelponnya laki-laki.

Berapa kali diteror?
Satu kali.

Bagaimana sikap Anda setelah mendapat ancaman seperti itu?
Saya manusia biasa, jujur, takut, diancam 'awas kalau keluar rumah saya pukul kamu' gitu saja takut, apalagi ini kasus orang yang sangat berpengaruh kan? Saya cuma bisa berdoa. Yang kedua karena sebelum kejadian teror, saya sudah terlanjur ngomong di stasiun televisi bahwa saya akan ke Jakarta. Jadi cukup dijalani dan ditepati saja.

Keluarga ikut khawatir?
Iya, cuma saya bilang tidak usah khawatir kita kan punya niat baik. Lalu ibu saya mengizinkan dan berpesan jangan lupa ibadah.

Gayus baru divonis 7 tahun, ada tanggapan?
Saya hanya bisa berdoa saja, bagaimanapun Gayus manusia biasa kalau dia terbukti bersalah itu merupakan kekhilafan seorang Gayus. Apapun yang menjadi vonis hukuman untuk Gayus itu semua sudah takdir dari Allah, jadi Gayus mau divonis berapapun, menurut saya ikhlaskan saja.

Apakah hukumannya sudah setimpal?
Kalau itu saya no comment deh, pokoknya kita serahkan ke jalur hukum saja. Yang jelas sebagai anak bangsa kita ingin mengharapkan perubahan agar negeri ini lebih baik lagi.