Jakarta (ANTARA News) - Bupati Boven Digoel, Yusak Yaluwo, di Jakarta, Jumat, mengatakan di tengah kemajuan pembangunan yang cepat di wilayah Nusantara, ternyata masih ada penduduk berpola hidup sangat tradisional dan tinggal di atas pohon atau `manusia pohon`.
"Di kabupaten kami, ada satu suku yakni Kombay Koroway yang sebagaian masyarakatnya disebut `manusia pohon`. Saya termasuk salah satu produk dari komunitas itu," katanya ketika berbicara pada acara penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boven Digoel, Papua dengan LKBN ANTARA.
Direktur Pemberitaan sekaligus Pemimpin Redaksi LKBN ANTARA, Saiful Hadi bersama Yusak Yaluwo menandatangani `Memorandum of Understanding` (MoU) itu, disaksikan Benny Tambonop (Kabag Pemerintahan Pemkab Boven Digoel), Direktur Umum dan SDM LKBN ANTARA, Rajab Ritonga dan Wakil Pemimpin Redaksi LKBN ANTARA, Akhmad Kusaeni serta Kepala Biro LKBN ANTARA Jayapura, Peter Tukan.
Yusak Yaluwo juga mengaku, orang tuanya dan banyak kerabatnya kini masih hidup sebagai `manusia pohon` dengan kondisi sangat memprihatinkan, karena begitu terbatas dalam hal akses untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan serta informasi dan kemajuan- kemajuan pembangunan pada umumnya.
Lulusan Fakultas Hukum di Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) di Manado itu mengungkapkan, hanya oleh bantuan para penginjil dari `Zending` (Kristen Protestan), dia dan beberapa anak muda Boven Digoel bisa dibawa keluar komunitas `manusia pohon` dari belantara hutan lebat untuk mendapat pencerahan melalui sekolah hingga ke Manado.
"Karena itu, saya atas nama Pemerintah dan Rakyat Boven Digoel amat berterima kasih kepada Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA yang bersedia melakukan kerja sama di bidang pemberitaan termasuk penyebarluasan informasi tentang Boven Digoel, juga kerja sama pendidikan serta tentu untuk pembangunan ekonomi pada umumnya di daerah kami, sebagai bagian dari NKRI," katanya.
Ia mengharapkan, dengan kerja sama ini akan semakin banyak informasi yang benar bisa terekspos dari Boven Digoel (Bodi) ke berbagai wilayah Nusantara, khususnya nantinya bisa menjadi perhatian Pemerintah Pusat.
"Kami juga memohon kesediaan LKBN ANTARA menempatkan reporternya di Boven Digoel, dan adanya kesempatan mendidik putra-putra daerah kami di bidang media, baik itu cetak maupun elektronik.
Yusak Yaluwo yang terpilih sebagai Bupati Boven Digoel (Bodi) melalui Pilkada 2004 itu, menambahkan, wilayahnya merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Merauke pada tahun 2002.
"Secara historik, Boven Digoel ini punya makna bagi NKRI karena merupakan daerah para tahanan politik di masa prakemerdekaan, antara lain sempat menjadi wilayah pembuangan Bung Hatta, sementara Bung Karno hanya sampai di Ende, Pulau Flores," katanya.
Ia mengatakan situs rumah para tahanan politik, termasuk penjara tua, juga bekas-bekas tempat tinggal Bung Hatta masih dirawat sampai sekarang.
"Kami juga telah membangun Tugu Bung Hatta di pusat kota Tanah Merah, ibu kota Boven Digoel," katanya.
Sebelumnya, Saiful Hadi mengutarakan kesiapan LKBN ANTARA untuk mengembangkan berbagai kerja sama, terutama di bidang pemberitaan, pengembangan informasi termasuk pencitraan daerah, serta pendidikan.
"Silakan kirim putra-putri Papua, terutama dari Boven Digoel untuk dididik sebagai reporter berita, fotografer, kameraman televisi dan pekerja pers umumnya. Juga silakan manfaatkan semua fasilitas LKBN ANTARA demi pencitraan daerah," katanya.
Menyambut hal itu, Yusak Yaluwo menyatakan siap memberikan kontribusi signifikan, terutama untuk tahap pertama melalui kerja sama penerbitan buku yang ditulis seorang jurnalis LKBN ANTARA berjudul "Boven Digoel, Legenda dan Pilar Nusantara di Tapal Batas".
Tahap berikutnya, pengiriman putra-putri Boven Digoel untuk mengikuti magang dan pelatihan di lingkup LKBN ANTARA, serta beberapa kerja sama di bidang pemberitaan dan pencitraan.
Terhadap kerja sama pemberitaan dan pencitraan, Yusak Yaluwo mengharapkan juga menjadi prioritas, terutama untuk memberikan informasi mengenai berbagai potensi ekonomi Boven Digoel seperti pertambangan (emas, minyak, batu kuarsa), hutan (kayu, sawit), pariwisata (wisata sejarah serta wisata petualangan).(*)
"Di kabupaten kami, ada satu suku yakni Kombay Koroway yang sebagaian masyarakatnya disebut `manusia pohon`. Saya termasuk salah satu produk dari komunitas itu," katanya ketika berbicara pada acara penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boven Digoel, Papua dengan LKBN ANTARA.
Direktur Pemberitaan sekaligus Pemimpin Redaksi LKBN ANTARA, Saiful Hadi bersama Yusak Yaluwo menandatangani `Memorandum of Understanding` (MoU) itu, disaksikan Benny Tambonop (Kabag Pemerintahan Pemkab Boven Digoel), Direktur Umum dan SDM LKBN ANTARA, Rajab Ritonga dan Wakil Pemimpin Redaksi LKBN ANTARA, Akhmad Kusaeni serta Kepala Biro LKBN ANTARA Jayapura, Peter Tukan.
Yusak Yaluwo juga mengaku, orang tuanya dan banyak kerabatnya kini masih hidup sebagai `manusia pohon` dengan kondisi sangat memprihatinkan, karena begitu terbatas dalam hal akses untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan serta informasi dan kemajuan- kemajuan pembangunan pada umumnya.
Lulusan Fakultas Hukum di Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) di Manado itu mengungkapkan, hanya oleh bantuan para penginjil dari `Zending` (Kristen Protestan), dia dan beberapa anak muda Boven Digoel bisa dibawa keluar komunitas `manusia pohon` dari belantara hutan lebat untuk mendapat pencerahan melalui sekolah hingga ke Manado.
"Karena itu, saya atas nama Pemerintah dan Rakyat Boven Digoel amat berterima kasih kepada Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA yang bersedia melakukan kerja sama di bidang pemberitaan termasuk penyebarluasan informasi tentang Boven Digoel, juga kerja sama pendidikan serta tentu untuk pembangunan ekonomi pada umumnya di daerah kami, sebagai bagian dari NKRI," katanya.
Ia mengharapkan, dengan kerja sama ini akan semakin banyak informasi yang benar bisa terekspos dari Boven Digoel (Bodi) ke berbagai wilayah Nusantara, khususnya nantinya bisa menjadi perhatian Pemerintah Pusat.
"Kami juga memohon kesediaan LKBN ANTARA menempatkan reporternya di Boven Digoel, dan adanya kesempatan mendidik putra-putra daerah kami di bidang media, baik itu cetak maupun elektronik.
Yusak Yaluwo yang terpilih sebagai Bupati Boven Digoel (Bodi) melalui Pilkada 2004 itu, menambahkan, wilayahnya merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Merauke pada tahun 2002.
"Secara historik, Boven Digoel ini punya makna bagi NKRI karena merupakan daerah para tahanan politik di masa prakemerdekaan, antara lain sempat menjadi wilayah pembuangan Bung Hatta, sementara Bung Karno hanya sampai di Ende, Pulau Flores," katanya.
Ia mengatakan situs rumah para tahanan politik, termasuk penjara tua, juga bekas-bekas tempat tinggal Bung Hatta masih dirawat sampai sekarang.
"Kami juga telah membangun Tugu Bung Hatta di pusat kota Tanah Merah, ibu kota Boven Digoel," katanya.
Sebelumnya, Saiful Hadi mengutarakan kesiapan LKBN ANTARA untuk mengembangkan berbagai kerja sama, terutama di bidang pemberitaan, pengembangan informasi termasuk pencitraan daerah, serta pendidikan.
"Silakan kirim putra-putri Papua, terutama dari Boven Digoel untuk dididik sebagai reporter berita, fotografer, kameraman televisi dan pekerja pers umumnya. Juga silakan manfaatkan semua fasilitas LKBN ANTARA demi pencitraan daerah," katanya.
Menyambut hal itu, Yusak Yaluwo menyatakan siap memberikan kontribusi signifikan, terutama untuk tahap pertama melalui kerja sama penerbitan buku yang ditulis seorang jurnalis LKBN ANTARA berjudul "Boven Digoel, Legenda dan Pilar Nusantara di Tapal Batas".
Tahap berikutnya, pengiriman putra-putri Boven Digoel untuk mengikuti magang dan pelatihan di lingkup LKBN ANTARA, serta beberapa kerja sama di bidang pemberitaan dan pencitraan.
Terhadap kerja sama pemberitaan dan pencitraan, Yusak Yaluwo mengharapkan juga menjadi prioritas, terutama untuk memberikan informasi mengenai berbagai potensi ekonomi Boven Digoel seperti pertambangan (emas, minyak, batu kuarsa), hutan (kayu, sawit), pariwisata (wisata sejarah serta wisata petualangan).(*)
0 komentar:
Posting Komentar